Kamis, 08 Oktober 2020

LAGU "MENANAM JAGUNG", VIDEO BELAJAR KELAS 4 TEMA 2 SUBTEMA 1


Assalamualaikum sahabat semua....
Berikut ini saya tampilkan video lagu "Menanam Jagung" untuk membantu belajar kelas 4 tema 2 Subtema 1 dari channel Kastari Centra: https://youtu.be/U_uM2dOz7iE. Semoga Bermanfaat ya..

Silahkan tonton sampai habis, boleh beri komen yang santun ya. terimakasih




Rabu, 07 Oktober 2020

VIDEO BELAJAR KELAS 4 TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 2

 Assalamaualaikum, sahabat semua. Semoga sehat selalu. Amiin

Berikut saya tampilkan video pembelajaran Tema 2 Kelas 4 Pembelajaran 2. Semoga bermanfaat ya...



Kamis, 24 September 2020

VIDEO BELAJAR KELAS 4 TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Apa kabar semuanya? semoga sehat wal afiat dan selalu siap untuk belajar, belajar dan belajar. Amiin

Kali ini saya akan berbagi link Video Pembelajaran Kelas 4 Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup Subtema 1 Pembelajaran 1 dari linknya Ridha Official. Semoga bermanfaat. Tonton sampai habis yaa!


setelah menonton, silahkan beri komentar santun di bawah sini ya 😊

Jumat, 11 September 2020

Jeruk Busuk Rasa Manis

Jeruk Busuk Rasa Manis





Suatu hari, ketika saya sedang menjenguk salah satu saudara yang tengah dirawat di rumah sakit, terdengar suara makian keras dari pasien sebelah, “Bawa jeruk kok busuk, mau ngeracunin saya? biar saya cepat mati?”

Suara marah itu berasal dari lelaki tua yang kedatangan salah satu keluarganya dengan membawa jeruk. Boleh jadi benar, bahwa beberapa jeruk dalam jinjingan itu busuk atau masam. Meski tidak semua jeruk yang dibawanya itu busuk dan sangat kebetulan yang terambil pertama oleh si pasien yang busuk. Dan tanpa bertanya lagi, marahlah ia kepada si pembawa jeruk.

Sebenarnya, boleh dibilang wajar jika seorang pasien marah lantaran kondisinya labil dan kesehatannya terganggu. Ketika ia marah karena jeruk yang dibawa salah satu keluarganya itu busuk, mungkin itu hanya pemicu dari segunung emosi yang terpendam selama berhari-hari di rumah sakit. Penat, bosan, jenuh, mual, pusing, panas, dan berbagai perasaan yang menderanya selama berhari-hari, belum lagi ditambah dengan bisingnya rumah sakit, perawat yang kadang tak ramah, keluarga yang mulai uring-uringan karena kepala keluarganya sekian hari tak bekerja, semuanya membuat dadanya bergemuruh. Lalu datanglah salah satu saudaranya dengan setangkai ketulusan berjinjing jeruk. Namun karena jeruk yang dibawanya itu tak bagus, marahlah ia.

Wajar. Sekali lagi wajar. Tetapi tidak dengan peristiwa lain yang hampir mirip terjadi di acara keluarga besar belum lama ini. Seorang keluarga yang tengah diberi ujian Allah menjalani kehidupannya dalam ekonomi menengah ke bawah, berupaya untuk tetap berpartisipasi dalam acara keluarga besar tersebut. Tiba-tiba, “Kalau nggak mampu beli jeruk yang bagus, mending nggak usah beli. Jeruk asam gini siapa yang mau makan?” suara itu terdengar di tengah-tengah keluarga dan membuat malu keluarga yang baru datang itu.

Pupuslah senyum keluarga itu, rusaklah acara kangen-kangenan keluarga oleh kalimat tersebut. Si empunya suara mungkin hanya melihat dari jeruk masam itu, tapi ia tak mampu melihat apa yang sudah dilakukan satu keluarga itu untuk bisa membawa sekantong jeruk yang boleh jadi harganya tak seberapa.

Harga sekantong jeruk mungkin tak lebih dari sepuluh ribu rupiah. Tapi tahukah seberapa besar pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk membelinya? Rumahnya sangat jauh dari rumah tempat acara keluarga, dan sedikitnya tiga kali tukar angkutan umum. Sepuluh ribu itu seharusnya bisa untuk makan satu hari satu keluarga. Boleh jadi mereka akan menggadaikan satu hari mereka tanpa lauk pauk di rumah. Atau jangan-jangan pagi hari sebelum berangkat, tak satu pun dari anggota keluarga itu sempat menyantap sarapan karena uangnya dipakai untuk membeli jeruk. Yang lebih parah, mungkin juga mereka rela berjalan kaki dari jarak yang sangat jauh dan memilih tak menumpang satu dari tiga angkutan umum yang seharusnya. “Ongkos bisnya kita belikan jeruk saja ya, buat bawaan. Nggak enak kalau nggak bawa apa-apa,” kata si Ayah kepada keluarganya.

Kalimat sang Ayah itu, hanya bisa dijawab dengan tegukan ludah kering si kecil yang sudah tak sanggup menahan lelah dan panas berjalan beberapa ratus meter. Tak tega, Ayah yang bijak itu pun menggendong gadis kecil yang hampir pingsan itu. Ia tetap memaksakan hati untuk tega demi bisa membeli harga dari di depan keluarga besarnya walau hanya dengan sekantong jeruk. Menahan tangisnya saat mendengar lenguhan nafas seluruh anggota keluarganya sambil berkali-kali membungkuk, jongkok, atau bahkan singgah sesaat untuk mengumpulkan tenaga. Itu dilakukannya demi mendapatkan sambutan hangat keluarga besar karena menjinjing sesuatu.

Setibanya di tempat acara, sebuah rumah besar milik salah satu keluarga jauh yang sukses, menebar senyum di depan seluruh keluarga yang sudah hadir sambil bangga bisa membawa sejinjing jeruk, lupa sudah lelah satu setengah jam berjalan kaki, tak ingat lagi terik yang memanggang tenggorokan, bertukar dengan sejumput rindu berjumpa keluarga. Namun, terasa sakit telinga, layaknya dibakar dua matahari siang. Lebih panas dari sengatan yang belum lama memanggang kulit, ketika kalimat itu terdengar, “Jeruk asam begini kok dibawa…”

Duh. Jika semua tahu pengorbanan yang dilakukan satu keluarga itu untuk bisa menjinjing sekantong jeruk tadi, pastilah semua jeruk asam itu akan terasa manis. Jauh lebih manis dari buah apa pun yang dibawa keluarga lain yang tak punya masalah keuangan. Yang bisa datang dengan kendaraan pribadi atau naik taksi dengan ongkos yang cukup untuk membeli sepeti jeruk manis dan segar.

Mampukah kita melihat sedalam itu? Sungguh, manisnya akan terasa lebih lama, meski jeruknya sudah dimakan berhari-hari yang lalu.

Posted by aan on December 6, 2011 in Sekitar Kita

Kamis, 10 September 2020

EWUH

     Yaa..."Ewuh", sebuah kata yang tidak asing bagi orang jawa, walau tak asing juga buat sebagian suku lain. Sebuah aktivitas masyarakat bergotong royong dalam mengerjakan berbagai kegiatan yang tak mungkin dikerjakan sendiri. Mereka saling bantu mempersiapkan segala sesuatu demi lancarnya acara, seperti memasak bersama, membuat tenda/tarup bersama dan lain-lain. Biasanya "ewuh" juga identik dan beriringan dengan tradisi "ngamplop/kondangan" atau dalam bahasa jawa terkenal dengan "nyumbang".
     Zaman dahulu, tepatnya ketika saya kecil, istilah ewuh hanya dipakai untuk acara besar berupa hajatan pernikahan atau syukuran khitanan saja. Namun seiring berkembangnya waktu, banyak acara baik kecil maupun besar di masyarakat kesannya adalah "ewuh". Tak hanya pernikahan atau hajatan khitanan saja yang "diewuhkan", tetapi hajat-hajat kecil seperti pindahan rumah, ulang tahun, sepasaran bayen, bahkan mau mengadakan acara tahlilan pun nampak seperti ewuh. Contohnya, seperti pada acara tahlilan rutin mingguan yang ada di rumah ibu saya beberapa waktu lalu. Warga berbondong-bondong datang  membantu mempersiapkan segala sesuatu layaknya akan hajatan besar. Ternyata saya lihat para tetangga & keluarga yg datang juga "ngamplop".
      Tradisi ini terjadi di daerah dinana saya tinggal, Desa Trikarya Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Walau penduduk asli Musi Rawas adalah suku Musi, namun hampir seluruh daerahnya sudah terkontaminasi budaya dan adat jawa, karena banyak suku jawa perantauan yang menetap dan menjadi penduduk resmi daerah ini sejak puluhan tahun yang lalu.
    
     

Semangatku Belajar Membuat Blog Bersama Blogger Musi Rawas

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    Malam itu,  8 September 2020 pukul 8 sampai 9:30 malam kami peserta pelatihan blogger gelombang 1 mulai mengikuti kegiatan Daring melalui grup WA. Adapun materi yang harus diikuti adalah membuat blog sederhana dengan modal HP android, paket data yang cukup, akun google (gmail), dan selebihnya mengikuti instruksi dari narasumber kami.

     Berikut adalah langkah-langkah membuat blog melalui HP/android yaitu:
1. Pasang/install aplikasi blogger dengan cara menguduh(download) dari play store yang ada di HP android;

2. Pastikan bahwa aplikasi sudah terinstall pada dengan melihat kemunculan lambang blogger pada layar utama HP anda. 
3. Buka blog yg sudah di instal.
4. login menggunakan akun Gmail yang sudah  dibuat terlebih dahulu.
4. untuk membuat postingan klik tanda pensil di pojok kanan bawah.

5. Tulis judul sesuai konten yang ingin ditulis.
6. Tulislah yang ingin dibuat dan boleh tambahkan gambar.
7. Tulis Label misalnya Pendidikan, Artikel,dll
8. pilih tanda titik 3 untuk menyimpan atau tanda segitiga untuk publikasi blog.
9. Klik foto profil yang pada sudut kanan atas halaman blog anda kemudian klik "lihat blog anda" untuk memaatikan bahwa hasil tulisan anda sudah benar-benar terpubkikasi.

Itulah langkah-langkah membuat blog sesi pertama. Terima kasih 
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuuh.

Selasa, 08 September 2020

DI POJOK DESA, SAYA RINDU SIGNAL 1MB/S

   Saya adalah salah satu tenaga pendidik di sebuah Sekolah Dasar Negeri di pojokan desa bernama Trikarya Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan. 
   Sejak adanya Pandemi Covid-19, sebagian pekerjaan disarankan bahkan hampir wajib menggunakan sarana digital, kalau dalam bahasa sehari-hari disebut "online". 
   Perusahaan, kantor, bahkan Sekolah pun wajib beroperasiolan "online" termasuk di Sekolah tempat kami memgajar. Nah, disini merupakan tantangan tersendiri bagi saya karena kata "pojok" yg saya sampaikan diatas af
dalah pojok segala-galanya. Pojok jalannya, pojok sarananya termasuk pojok signal selulernya, dan lain sebagainya. (Pojok = sudut = terjepit = minim), begitulah kira-kira. Namun begitu saya masih bisa bekomunikasi "agak baik" namun 
menggunakan aplikasi ringan semacam Whatsapp (WA), walau yaa tetap naik-turun, keluar-masuk untuk berburu signal walau sebesar 3,00 kb/d.
 Singkat cerita saya sering dikirim link blog oleh seorang guru senior salah satu sekolah dasar di daerah kami juga. Beliau sering mengirim blog pribadiny yang katanya berisi naskah tulisan, foto dan video. Saya senang walau cuma bisa baca "judunya" karena untuk membuka blog tersebut saya butuh paling tidak signal daya sebesar 20,00 kb/d. Oh sedihnya. 
  Beberapa waktu kemudian, guru tersebut mengajak saya untuk gabung dalam acara pelatian membuat blog bersama blogger Musi rawas dan organisasi PGRI Musi Rawas. Awalnya saya agak cuek karena kesibukan saya dan menoleh kebelakang bahwa gk akan bisa karena signal saya kurang bagus dan pasti (asumsi saya) acara ini pakai apkikasi zoom meeting. Oh tidaaak.
  Intip-intip grup GTK di Kecamatan kami ternyata pendaftaran sudah dibuka. Masih saja saya cuek. Beberapa hari kemudian, beliau (si guru senior) menghubungi saya lewat WA bahwa saya sdh di daftarkan dalam grup pelatihan blogher musi rawas. Saya berterimakasih, tapi tetap agak cuek sambil mikir bagaimana cara saya medapatkan signal data yang baik nantinya jika pelatihan dimulai. Apalagi saya menembaca (sekilas) kalau acaranya "malam hari". Yasudah, terima saja dulu (batin saya).
  Singkatnya lagi, dari sore tadi ampai sehabis magrib saya mencoba mengolah-olah 3 android yang ada dirumah agar bisa digunakan sebagai wifi. alhamdulillah dapat signal 25kb/d, tetapi hp harus diletakkan dikebun sebelah tepatnya di bawah pohon sawit. Oh sungguh terlalu..tapi senanglah hati ini walaubtak cukup buat zoom meeting. Yangboenting cina aja dulu (batin saya).

  Lebih singkat lagi, Akhirnya malam ini kami mulai belajar membuat blog bersama blogger Musi Rawas yang dipandu langsung oleh beliau (si guru senior) dengan lancar karena tak lerlu signal besar untuk membuka zoom meeting.. Oh ternyata pelatihan cukup pakai Grup Wa. Gereget sekaligus bersyukur.
  Terimakasih, Blogger Musi Rawas, PGRI Musi Rawas, Terimakasih sangat buay guru senior kami, PakD Santo. Semoga ilmunya bermanfaat dunia Akhiray...amiiin

LAGU "MENANAM JAGUNG", VIDEO BELAJAR KELAS 4 TEMA 2 SUBTEMA 1

Assalamualaikum sahabat semua.... Berikut ini saya tampilkan video lagu "Menanam Jagung" untuk membantu belajar kelas 4 tema 2 Sub...